Selasa, 28 Desember 2010

HARAPAN DAN ANGAN-ANGAN*

Oleh Ihsan Fauzal

sayah tadahkan wajah ka atas awan
pancaran cahanyah sampay ka alam
angan-angan yang ada dalam dada
kakarayapan palay ka jalan kanyataan
angan-angan dan nyata
harapan dalam bawah sadar
lantas sayah nyalakan harapan
nyadaran akan kaayaan
lantas,
lampahan akan sayah padankan sama cara sadar
sadar dan lampah yang sama-sama tatalang
lantas sayah paparkan angan-angan pada alam maya
kakalayangan pada alam maya
tatap-pandang kana layar
catatan sayah paparkan pada wall
kawan-kawan yang ada hanya balad chat
hanya kadaharan yang sayah lahapkan pada baham, cacalangapan, makan yang lahap
kawan sayah hanya sabatang (apalah namanyah) yang sayah bakar
asap-asap campakkan asa yang ada

lantas,
nyalalah angan-angan yang ada dalam dada
asa tak datang
canda, tawa, cakap-cakap, cacalawakan adalah kawasan yang lantas sayah adakan
agar hampa rasa tak ada
tak patah arang dalam capaykan harapan pada fakta (kanyataan)

adalah balad-balad, pacar -akan datang 'ntar-, papah, mamah, mamang, kakak, 'ma, apa, dan apa yang ada barayanya sama papah.
sadayana wahana dan tahapan yang akan gapaykan pada fakta

Allah Maha Kawasa
nyadaran sayah dan anda sadaya,
maka,
hanjatlah baraya!**






*walah, alangkah payahnyah babalawakan sama"A"
**sangat parah dalam gapaykan angan

Yakinkah anda dengan mimpi anda?

Oleh Ridwan El-Muntaaz

Mungkin telinga kita tidak asing lagi mendengar kata mimpi, baik itu mimpi dalam arti umum maupun mimpi dalam arti khusus -yang lebih menekankan pada makna tersirat- dari mimpi itu, dan kadang dalam arti khusus ini mimpi menunjukkan kekuatannya untuk mencapai dan memperoleh apa yang kita impikan. Banyak di antara kita yang yakin dan meyakini dengan sangat perihal mimpi itu, tapi tak jarang pula orang yang tidak mempercayai atau bahkan sudah muak dengan lafadz mimpi itu. Tapi terlepas dari itu semua, perlu kita luruskan apa itu mimpi dan dari mana mimpi itu, serta bagaimana mimpi yang kami maksud dalam artikel ini.

Dalam kesempatan ini, kami mencoba memberikan sedikit gambaran bagaimana sosok yang hebat dari kedahsyatan mimpi itu, sehingga banyak di antara kita yang yakin dan meyakini lebih dari 100 persen bahwa dengan mimpi kita bisa mewujudkan apa yang kita inginkan. Dan satu hal lagi ketika anda membaca artikel ini, usahakan pikiran anda jangan sampai dirasuki dengan ketidakpercayaan anda dalam menggapai mimpi anda.

Serta usahakan pula, anda mau menerima sedikit pengetahuan dari apa yang kami uraikan sebagai sebuah eksistensi diri untuk meraih mimpi yang kami azzamkan, karena setiap yang kami lakukan adalah bagian dari mimpi kami untuk menyongsong hidup ini.
Kami namakan diri kami sebagai komunitas sang pemimpi sejati, kami maksudkan mimpi yang kami azzamkan bukan hanya sekedar mimpi yang kemudian mimpi itu hilang seiring dengan berjalannya waktu dan kemudian ditelan seiring dengan perkembangan zaman, melainkan, mimpi di sini kami tekadkan dengan adanya usaha yang keras dan bergerak untuk menggapai dan mewujudkan mimpi itu.

Mungkin banyak di antara anda yang tak percaya dengan the miracle of dream, karena orang (sang pemimpi) hanya bisa menggebor-geborkan mimpi tanpa ada pembuktian dari dirinya dalam mewujudkan mimpi itu. Dan tak ayal dengan ketidakpercayaan anda, menyeret anda ke dalam jalan kehidupan yang tak terpetakan, sehingga banyak di antara kita yang kemudian gagal dalam menjalani kehidupannya. Pertanyaannya, apakah anda yakin dengan hidup anda selama ini? Sudahkah anda memetakan peta kehidupan yang selama ini tidur dalam ketidakyakinan untuk meraih kesuksesan? Kami yakin anda bisa merenungi dan kemudian merefleksikan pertanyaan tersebut dalm diri anda, dan setelah ini mungkin banyak juga konflik batin yang terjadi dalam gejolak hidup anda dimana anda bimbang dan ragu dalam meyakini antara kenyataan dan mimpi yang anda tekadkan.
Sadar ataupun tidak, setiap orang pasti mempunyai mimpi. Tentunya mimpi yang kami uraikan dari tadi adalah mimpi dalam arti khusus (mafhumnya) yaitu mimpi dalam perspektif cita dan angan yang harus kita wujudkan. Banyak dari ilmuwan dan tokoh-tokoh sukses dunia yang mereka mengawali kesuksesannya dengan mimpi. Semisal, oprah winfrey, Alfa edison, Bill Gates dll. Pertanyaannya, apakah anda yakin selama ini anda hidup tanpa mimpi? (bagi anda yang yakin dengan mimpi), sudah sejauh mana mimpi anda tercapai? Apa yang lantas telah anda lakukan untuk mewujudkan mimpi anda? Dan apakah anda sudah memetakan konsep mimpi anda, agar semua yang anda mimpikan bisa tercapai?.

Kawan, perlu kita yakini bahwasanya mimpi adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sehingga banyak sekali literatur yang kemudian tercipta berawal dari mimpi ini, banyak sekali orang yang mau menorehkan goresan tintanya untuk meyakinkan anda bahwa mimpi itu senantiasa hidup dan mengalir dalam alunan dan nada simfoni kehidupan kita. Dan banyak pula orang yang selalu memberikan motivasi yang lebih untuk membantu kita dalam mewujudkan mimpi. Dan kami... kami siap membantu anda untuk menggapai mimpi yang anda tekadkan. Karena kami bagian dari mimpi anda, dan begitupun anda bagian dari mimpi yang kami tekadkan.

“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu”
Salam kami,,,
The dreamer

ILMU VS HARTA

Oleh Asep Muttaqin
Ali bin Abi Talib pernah ditanya 10 pertanyaan yang sama oleh 10 orang yang berbeda, tapi jawaban yang dilontarkan Ali harus berbeda antara jawaban yang satu dengan yang lainnya. Aturan ini dilakukan oleh mereka untuk menguji kecerdasan Ali sebagaimana yang mereka dengar dari Nabi saw. :

Pertanyaan:
( Ali, Ilmu atau harta yang lebih utama/berharga? Apa alasannya? ) x 10

Jawaban2 Ali :

Ilmu lebih utama. Karena
ilmu adalah pusaka para nabi, sedang harta adalah pusaka Qarun, Saddad, Firaun, dll.

Ilmu menjagamu, sedang harta, engkau yang harus menjagamu.

Oleh Yoga ZaraAndritra

Pengetahuan Umum Dahulu

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Kant seumur hidupnya membujang. Dia tinggal di kota Konigsberg di Prusia Timur. Ia seorang yang sangat disiplin, rajin, suka menabung dan hidupnya sangat terencana serta teratur.

Warga kota sudah tau jika Kant keluar rumah untuk berjalan-jalan berarti saat itu pukul empat sore. Ada semacam ketetapan dari dirinya untuk senantiasa patuh pada apa-apa yang tetap yang ada dalam dirinya. Apa-apa yang tetap itu adalah wilayah “a priori” dalam dirinya. Mungkin keluar rumahnya Kant adalah bentuk patuhnya ia pada sesuatu yang tetap dalam dirinya. Yang semula, hal yang tetap itu ia cari-cari. Lantas ketika ditemukan maka Ia tetapkan “itu” sebagai ”hal yang tetap [apriori]”. Oleh karenanya ia hampir setiap hari seperti itu, setiap pukul empat sore keluar rumah untuk sekedar berjalan-jalan.

Kepatuhan Kant pada apa-apa yang telah ia tetapkan sebagai sebuah ketetapan tidak lepas dari kondisi keluarganya. Yang meyakini sebuah faham, yaitu pietisme dalam agama katolik. Paham ini sangat menekankan pada kepatuhan, kejujuran dan kesalehan yang ketat.

Namun, kepastian bahwa Kant bakal keluar rumah setiap pukul empat sore untuk berjalan-jalan. Terbantahkan karena ia juga manusia sama seperti kita. Ia dapat berubah sewaktu-waktu saat ia kehendaki atau saat ia tidak kehendaki.

Saat itu, saat Kant membaca buku berjudul “emile” karya Rousseau, suatu kepastian tentang jalan-jalannya Kant (past)i pukul empat sore terganggu. Karena Kant harus terlena beberapa waktu (hari) lamanya menikmati keindahan bahasa dari buku itu di rumahnya. Bahkan ia membaca “emile” sampai beberapa kali karena saat membaca pertama kali ia malah terlena oleh keindahan bahasanya, alih-alih menangkap pengertian dari karya Rousseaue.

Saya yakin masih banyak lagi peristiwa lainnya yang mengatakan bahwa Kant memang manusia. Yang sering atau minimalnya pernah beberapa kali tidak teratur.


Sebuah Ketundukan pada “Kategori”


Dalam kritisismenya, rasio menurut pandangan Immanuel Kant memiliki batasan. Rasio tidak lagi “terbang-terbangan” ke wacana “metafisika sangkaan” yang padahal sesungguhnya rasio “tidak bisa terbang”. Maka rasio menjadi diketahui batasannya, tidak lagi seperti sebelumnya yang dikesankan kemampuannya tidak berbatas.

Pemahaman di atas lahir setelah Immanuel Kant membaca karya pemikiran Hume, seorang pemikir empirisisme radikal dan seorang “skeptisis sejati”. Bagi Hume segala hal yang berbau “metafisika” maka ia tidak bermakna dan wajib ditinggalkan karena tidak ada padanannya di realitas nyata.

Rasio yang dibiarkan “terbang-terbangan” ke wacana “metafisika sangkaan” disebutnya dogmatis. Karena rasio dibiarkan menipu dirinya dengan kemampuan bohong-bohongannya, hal itu menjadi tidak bermakna. Rasio yang bermakna ialah yang batasan kemampuannya diketahui.

Agaknya yang dimaksud dengan mereka yang menggunakan rasio secara dogmatis ialah mereka para filsuf rasionalis. Yang hanya mementingkan pengetahuan a priori. Menganggap bahwa pengetahuan yang sejati dan tidak menipu ialah pengetahuan yang telah ada sesungguhnya dalam diri manusia tanpa harus ada padanannya di realitas nyata. Itulah pengetahuan a priori yang dipentingkan oleh mereka filsuf rasionalisme.

Namun, Immanuel kant bukanlah seorang rasionalis bukan pula seorang filsuf empirisisme. Ia adalah seorang filsuf yang ingin menggabungkan keduanya. Rasionalisme dan empirisisme, maka munculah apa yang ia gagas, yaitu kritisisme. Maka kritisisme ialah penggabungan atau setidaknya penghubungan antara rasionalisme dengan empirisisme.

Dengan rasionalisme, Kant menemukan apa yang dinamakan asas-asas apriori (kategori). Asas-asas a priori ini dianggap memiliki sifat tetap dan tidak terpengaruh oleh kondisi-kondisi material, oleh karenanya ia berasal dari rasionalisme. Namun Kant tidak hanya berhenti sampai di situ, justru dengan asas-asas a priori ia melakukan upaya penghubungan konsep-konsep dengan kondisi material. Asas-asas a priori berfungsi mengkonstitusi objek sehingga ada kesesuaian antara subjek dengan objek, dan itulah yang disebut benar oleh Kant. Benar adalah adanya kesesuaian antara pikiran (subjek) dengan objek.

Pikiran yang mengkonstitusi objek material dengan perangkat asas-asas a priori(kategori-kategori), saya kira di situlah letak terhubungnya empirisisme dengan rasionalisme. Dari pemahaman itu pula, maka bisa dimengerti bila Kant mengatakan bahwa yang dapat dimengerti adalah fenomena(penampakan) benda-bendanya saja sedangkan nomena(benda pada dirinya sendiri) tidak dapat diketahui. Karena hanya yang nampak pada subjek sajalah yang dapat dikonstitusi oleh subjek.

Meskipun sepertinya asas-asas a priori adalah perangkat/alat untuk mengkonstitusi objek, saya kira itu lebih seperti upaya menundukan objek yang nampak agar “sesuai” dengan asas-asas a priori. Bahwa kebenaran menurut Kant ialah kesesuaian pikiran(subjek) dengan objek yang terindra.


*Buku rujukan: Epistemologi dasar (Sudarminta), Sejarah Filsafat Barat (Bertrand Russell), Filsafat Modern (F. Budi Hardiman)