Jumat, 27 Februari 2009

REPOSISI ULUL ALBAB KONTEMPORER

Oleh : Dzikri Taat Subakti*

Yu’tii al-hikmata man yasyaa’ wa man yu’ta al-hikmata faqod uutiya khairan katsieraa.
Wa maa yadzdzakaru illa ulul albab.
(Q.S. Al-Baqarah:269)

 Al-Hikmah: dalam Al-Quran variatif ayat sebanyak 20 kali. Secara bahasa (etimologis) diartikan sebagai sesuatu yang dapatmengendalikan manusia agar tidak bertindak dan melakukan perbuatan, perilaku, dan budi pekerti yang rendah, tercela, dan tidak terpuji.
 Ibnu Mandzur dalam lisan al-Arab,menjelaskan bahwa istilah hikmah terkandung makna ketelitian dan kecermatan dalam ilmu dan amal.
 Hikmah juga dapata bermakna filosofis, sebagaimana dikemukakan Rasyid Ridha; hikmah adalah pengetahuan mengenai akibat, hakikat, manfaat, dan faidah sesuatu.pengetahuan mendorong tau memotivasi pemiliknya untuk melakukan sesuatu yang baik dan benar.

• Ulul Albab: dalam al-Quran disebutkan 16 kali ditempat yang berbeda.(Q.S 2;197 dan 269). Secara bahasa ( etimologis ) Albab bentuk jamak dari al-Lubbu atau Lubbun berarti inti, sari, bagian terbaik/terpenting. Dan bermakan pula akal (aqlun), hati (qalbun).
• Sedangkan Uluu adalah bentuk dari jamak yang mempunyai arti si pemilik (hanya laki-laki) dan uulatu untuk perempuan (al-Munawwir 29&1247).
• Ulul Albab; Al-Maraghi menggunakan arti akal (Al-Aql) utk kata al-Albab,;adalah orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah darinya, mengambil hidayah darinya, menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat hikmah akal dan keutamaannya, di samping keagungan karunia-Nya dalam segala sikap dan perbuatan mereka, sehingga mereka bias berdiri, duduk, berjalan, berbaring dan sebagainya seperti dalam QS.3;191
Tak mustahil bagi diri kita ( yang mempergunakan akal, hati dan dzikirnya)yang senantiasa memikirkan kemashlahatan umat, punya kepedulian terhadap masyarakat, resah dengan fenomena krisis multidimensi yang terjadi di negeri ini, termasuk krisis akhlak. Melakukan ijtihad dan tajdid. Dalam berbagai bidang social, budaya, politik,ekonomi, pendidikan, dan dakwah.

 Reposisi peran HIMA PERSIS ;
Inilah subtansi dari sebuah perjuangan, yaitu kemampuan untuk bertahan dala pertarungan yang panjang. Permasalahan kampus bagaimanapun dinamikanya akan menjadi pertarungan politik semata.
Keterampilan menyusun strategi dan manajemen konflik selalu menjadi sebuah kebutuhan dasar dalam setiap pergerakan kampus. Keterampilan itu menuntut gerakan di kampus untuk mereformulasikan konsep pergerakannya.
Mendinamiskan HIMA PERSIS;
 Militansi dan Totalitas perjuangan. Totalitas perjuangan terimplementasikan dalam sikap, rasa kepemilikan ( sense of belonging ) maupun dalam setiap amanahnya, dan harus mesti memiliki karakter dan citra kepemimpinan yang kuat dan positif dalam mengemban amanah.
 Keluar dari polemic internal, HIMA PERSIS bukan dalam kontek ego pribadi, tetapi pada koridor intelektual, ilmiah dan sarat nilai-nilai. Artikulasi positif dengan komunikasi-kominikasi/wacana-wacana bijak harus dikedepankan agar dinamis dalam gerakan.
 Menguatkan kembali peranannya dikampus, baik secara gerakan maupun ideology. Di dunia kampuslah perubahan dimulai. Karakter Organisasi ini selalu dipenuhi jiwa muda yang siap belajar dan berjuang,bukan jiwa yang pragmatis oportunis
 Memperbaiki pola kaderisasisasinaya untuk memastikan orientasi kepemimpinanya dan kebutuhan regenerasi organisasi.
 Harus menegakkan dinnya sebagai gerakan pembaharu yang progresif dan revolusioner, demi terbentuknya generasi ulul albab.

Hal ini sebagai organisasi inklusif sosiologis dalam manfaatnya teori, juga ia bersandar pada kedua sumber primer Islam. Dan juga sebagai organisasi kepemudaan harus pula mencermati memperhatikan juga menganalisis pergerakannya, lebih ilmiah, dengan dasar argumentasi keislaman yang kuat, mengakar dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini dapat membuat HIMA PERSIS tampil elegan dan cerdas dalam pergerakannya sebagai harakatut-Tajdid yang progresif revolusioner. Gerakan mahasiswa akan tetap memposisikan diri sebagai gerakan moral dan kekuatan integralisme atau penyeimbang yang akan tetap kritis menyikapi setiap masalah dikampus ataupun masyarakat.Kita rapatkan kembali barisan dan menuju lembaran baru dalam sejarah ini dengan keimanan, keikhlasan, kebersamaan, dan semangat kita karena HIMA PERSIS tidak hanya hidup dan besar karena orang tua (PERSIS) dan pendahulu kita. Wallahu a’lam bish-Shawab.

TRIAS POLITIKA HIMA PERSIS;
1. Intelektualitas
2. Transformasi Sosial
3. Perubahan Iklim Politik

“ Al-Khoiru muta’adi afdholu mina Al-Qoshiri”


PIMPINAN KOMISARIAT HIMA PERSATUAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG


*

Rabu, 18 Februari 2009

PERSIS DAN POLITIK; Sebuah “Harap”

PERSIS DAN POLITIK; Sebuah “Harap” Keberadaan Ormas Islam Persatuan Islam (Persis) ditengah kondisi sosial politik saat ini mengalami kebingungan dan kehilangan arah terlebih dalam agenda besarnya –Pendidikan dan Dakwah-. Ini terlihat dari kepekaan para elit Persis dalam merespon gejala yang terjadi terasa kurang greget untuk membahasnya. Satu contoh fenomena yang terjadi sekarang dan sedang hangat-hangatnya yakni Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) tingkat I Provinsi Jawa Barat (Pilgub). Tentunya momentum seperti ini, hendaknya Persis mengambil peranan strategis dalam menghadapi Pilgub ini, terutama terkait dengan satu misi gerakan besar Persis yakni Pendidikan. Pendidikan ini tidak hanya terbatas pada persoalan formal institusi sekolah/pesantren. Justru lebih dari itu, berusaha menanamkan dan memahami pendidikan politik secara arif dan objektif. Karena pendidikan di sekolah/pesantren terbatas kapasitasnya dalam mempelajari secara mendalam. Bahkan ada kesan tidak usah terlalu dipelajari. Ini disebabkan paradigma pendidikan di Persis hanya persoalan keagamaan saja, kalau boleh dikatakan sebatas fiqh centries beserta cabangnya. Pendidikan politik ini dipandang –Persis- hanya dengan sebelah mata, itu pun tidak secara keseluruhan dan terbatas hanya pada isu proses pengalihan kepemimpinan serta kekuasaan semata. Yang mesti difahami dari Politik dan ilmunya secara sederhana berarti memikirkan, mengurus dan mengatur kebutuhan hajat hidup manusia, baik sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Ini artinya ada sebuah ruang luas untuk siapa saja termasuk Persis sebagai bagian dari organisasi kemasyarakatan untuk memberikan pendidikan politik kepada masyarakat terutama umat Persis dalam mengurus dan mengatur kemaslahatan hidup manusia. Hal yang sangat mulia kiranya –hemat penulis- jika pemahaman seperti ini ada dikalangan para pengurus Persis. (By PW HIMA PERSIS JAWA BARAT) (admin)